Lolos moderasi pada: 31 October 2015
Kamu selalu sama. Aku selalu kamu lewati begitu saja. Dan perkataanku bukan apa-apa untukmu. Kamu juga berpikir kisahku tak ada artinya. Bagai angin yang berhembus di telingamu, dan kamu tak pernah menganggap kisahku penting bagimu. Seperti kemarin, saat aku mencoba menyapa kawan lamaku. Saat aku menepuk bahunya, dia tak menoleh padaku.
“Hai, Hana!” sapaku ceria.
Dia berbalik. Dan aku mulai tersentak saat teryata dia memandangku dengan tajam dan dingin. Hana yang ceria sekarang bukan lagi dia yang seperti biasa. Tapi ini terlalu berbeda. Sebelumnya bahkan dia tidak sedingin ini. Dia masih semenyenangkan dia yang dulu dengan kawan-kawannya tadi. Kenapa akhir-akhir ini dia sangat berbeda?
“Kamu mau apa, Diana?”
Kenapa ketus sekali?
“Hana, kok, kamu…”
“Kamu gak usah sok peduli sama aku! Dasar cerewet! Berisik! Kamu udah bukan temen aku lagi! Kita bukan sahabat lagi, Diana! Aku udah gak mau denger apapun lagi dari kamu! Pergi sana! Pergi!!”
“Kamu mau apa, Diana?”
Kenapa ketus sekali?
“Hana, kok, kamu…”
“Kamu gak usah sok peduli sama aku! Dasar cerewet! Berisik! Kamu udah bukan temen aku lagi! Kita bukan sahabat lagi, Diana! Aku udah gak mau denger apapun lagi dari kamu! Pergi sana! Pergi!!”
Aku segera berlari. Bukan karena aku memilih untuk menurutinya, tapi karena aku sudah tak sanggup lagi mendengar apapun yang mungkin akan dia katakan lagi. Aku tak sanggup menerima kenyataan itu. Aku dan dia bersahabat sejak dulu. Sejak dulu aku ada untuknya, memperhatikannya. Aku ingin aku bisa menjadi sahabat yang terbaik baginya. Aku ingin dia senang dengan adanya aku.
Apa aku terlalu berlebihan? Aku hanya ingin tahu dirinya. Aku hanya ingin tahu apa dia sedang baik. Aku hanya ingin tahu saja. Karena di setiap malamku, aku selalu berdoa, dia tetap baik-baik saja. Aku hanya ingin bisa melindungi jiwa dan raganya. Tapi mungkin aku memang bukan orang yang pantas berada di sampingnya. Mungkin aku bukan siapapun yang penting. Aku bukan apapun. Aku hanya angin yang bergemerisik di telingamu. Dan berlalu. Dan kau pasti sangat berharap aku tidak akan lagi bicara padamu. Apapun kisah yang ingin ku ungkapkan padamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar