Dan tidak mengherankan kalau akhirnya kamu berpaling ke serial TV negara lain
Kamu sudah jarang menonton sinetron Indonesia? Bukan berarti hobi menontonmu hilang, karena memang kadang sinetron Indonesia tak terlalu menarik untuk diikuti. Gak heran, kamu bakal lebih senang untuk berpaling pada serial TV luar negeri. Selain kualitas dan totalitas dalam membuat cerita, genrenya pun beragam, dari cinta, horor, action, crime sampai politik.
Hal ini kamu lakukan bukan tanpa alasan. Karena faktanya, sinetron Indonesia punya beberapa sisi negatif yang bikin kamu terpaksa meninggalkannya. Misalnya, 11 hal di bawah ini.
Keberagaman tokoh jarang sekali ditemukan di sinetron Indonesia. Yang ada hanya ada siswa yang baik dan jahat. Selain itu, para siswa ini juga tidak pernah terlihat belajar. Daripada belajar, anak sekolah di sinetron sibuk memikirkan gimana mendapat pacar atau mem-bully saingannya. Karena hal ini, anak muda juga jadi kurang terpacu untuk berprestasi.
Peran antagonis di sinetron adalah sosok yang sangat jahat. Bahkan seperti tidak ada punya nurani sama sekali. Selalu mencari kesempatan untuk mencelakakan orang lain. Hanya karena seorang pria atau wanita yang disukainya, tokoh antagonis rela merencanakan tindak pembunuhan.
Please! Memang cowok atau cewek di dunia ini hanya satu? Masih banyak. Cari saja yang baru, gak perlu bunuh-bunuhan, entar masuk penjara.
Nah, jika ada 10 pemain di dalam ruangan, maka 200 detik bisa habis hanya untuk melihat wajah mereka satu persatu. Kalau boleh jujur, ini gak penting banget.
Sumber gambar: bintang.com
Sebagian besar sinetron justru lebih banyak menggambarkan perilaku-perilaku tercela dan bertentangan dengan budaya Indonesia. Pasti kamu sering lihat anak membentak-bentak orang tua di sinetron kan?
Tokoh protagonis di sinetron selalu diceritakan sangat baik. Saat ditindas juga tetap tabah, kayak orang suci yang tidak pernah melakukan kesalahan. Dia tidak pernah marah. Selalu punya pelindung, seperti cowok kaya, malaikat, jin, atau sejenisnya.
(Duh, bisa gak sih bikin tokoh yang lebih realistis?)
Kadang ketika wajah pemainnya disorot untuk waktu yang lama, kamu berpikir, dia lagi marah, terkejut, sedih, senang atau gimana sebenarnya ?
Masalah datang silih berganti, mati satu tumbuh seribu. Sepertinya jadi tokoh sinetron melelahkan, hidup kayak gak ada bahagia-bahagianya. Padahal hidup tak sepenuhnya begitu.
Sumber gambar: muvilla.com
Barangkali ini ada kaitannya dengan budget yang minim. Atau mungkin sebenernya mereka tidak mau mengeluarkan uang buat bikin cerita yang bagus. Coba kita lihat serial TV di Amerika, yang punya beragam cerita, mulai dari zaman kerajaan, intelijen hingga zombie. Bahkan drama Korea berani keluar uang dengan membuat film ber-setting zaman dinasti.
Sebagai penikmat TV, mungkin kamu bertanya-tanya: Kapan ya sinetron Indonesia bisa sebagus yang ada di luar negeri?
Untuk itu kamu bisa membantu dengan ikut berpartisipasi dalam Evaluasi Dengar Pendapat yang dilakukan oleh KPI (Komisi Penyiaran Indonesia). Satu masukan darimu dapat menentukan arah dan kualitas sinetron (secara khusus) dan penyiaran (secara umum) di Indonesia. Kamu bisa mengirimkan saran dan kritik atas suatu siaran atau stasiun televisi ke ujipublik@kpi.go.id sebelum Februari datang menghampiri.
Semoga kualitas serial televisi di Indonesia jadi lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar