Cari Blog Ini

Kamis, 20 Agustus 2015

Bunga Terakhir - Cerpen Cinta Sedih

BUNGA TERAKHIR
'Karya asli4d.com

Ku sapa dia dengan senyum terahangatku, dia bilang melihat senyumku bagaikan kehangatan mentari pagi. Dia membalas senyumku juga, dan aku merasa senyumnya bagaikan pelangi yang ada setelah badai, mencerrahkanku. Kami memang sudah bersahabat sejak lama. kami, aku dan Karel.
“pagi nona cantik” ucapnya sambil tersenyum yang ku sebutkan tadi.
“pagii” jawabku singkat namun tersenyum.

Dengan canda, tawa dan segala macam obrolan menemani kami berjalan menuju tempat latihan. Dan tak butuh waktu lebih dari 15 menit kami sampai.
“wooyy pacaran mulu sih, telaatt niih” ucap Shaka ngomel pas kami dateng
“yey, pacaran palalu peang, sorry deh kita-kita emng telat, tapi kan gak sampe setengah jam” jawab karel
“ya udah buruaann kalo gitu daripada lo lo pada ngobrol meningan langsung ajaa deh” sela Rega
Tim kami, Garuda-Chool tim Futsal SMA kami tercinta. Walaupun aku tidak termasuk tim inti (karena cewek) aku selalu setia mengikuti berbagai latihan tim, ya termasuk sekarang ini.

Bunga Terakhir -
asli4d.com
2 jam berlalu, latihan hari ini cukup melelahkan tapi sangat menyenangkan.
“Jessss” Ucap Karel tiba-tiba saat menempelkan sebuah minuman kaleng di pipiku.
“kaget tauu” ucapku seraya mengambil minuman di tangan Karel
“ehheheh, Ly capek ya?” tiba-tiba dia mengelap keringat di dahiku.

Aku tidak bisa berkata-kata aku hanya diam sambil meminum perlahan air di tanganku.
“Ly, lo tuh cewek anggun yang pernah gue kenal, tapi lo juga cewek penggila futsal yang baru gue temuin, lo aneh penggila futsal tapi gak keliatan tomboy” ucapnya yang sudah ku tah dari tadi dia memerhatikanku
“lo sahabatan sama gue berapa lama sih? Kok baru ngeh sekarang?”
“abisnya gue gak pernah nyadar kalo……….” Dia menggantung ucapannya
“kalo apa?”
Tapi tiba-tiba Joy memanggil Karel, dan dengan segera Karel pergi dengan kata-katanya yang menggantung itu.

Tiba-tiba juga Fani, pacarnya Edo datang mengajaku berbincang namun dia langsung menutup mataku dia mnyeretku pergi.
“Fan, lo mau apain gue? Kok pake ada acara tutup mata segala? Kaget tahu”
“udah lo ikut aja pokonya”

Beberapa meter berjalan, tiba-tiba Fani berhenti
“Fan, Fanniii” seruku bingung, karena tiba-tiba suasananya menjadi hening.
Karena aku takut aku pun membuka penutup mataku. Tapi tiba-tiba sosok laki-laki di hadapanku langung mencium keningku, yang dari postur dan aroma tubuhnya aku tahu. Karel.

Aku tidak tahu bagaimana, tapi rasanya aku tidak bisa berkata-kata dan tubuhku tak bisa di gerakan. Aku membeku. Karel menatap dalam kedua bola mataku dan matakupun langsung menangkap kedua bola matanya, jantungku berdegup kencang aku tahu akan ada yang terjadi.
“Ly, gue sayang banget sama lo, gue gak tau apa yang gue rasain akhir-akhir ini, gue gak pernah jatuh cinta, gue gak pernah ngerasain apa itu cinta, tapi kamu ngerubah itu, ada sesuatu yang gak pernah gue rasain sebelumnya, sesuatu yang indah dan menenangkan, sesuatu itu gue rasain tiap gue deket sama lo. Dan sekarang gue mau berbagi perasaan indah dan menenagkan itu sama lo, gue juga rela nerima tangis sama rasa sakit lo jadi bagian hidup gue” ucapnya panjang lebar, dan aku yakin itu semua adalah bentuk rumit dari kata “menyatakan cinta”
Aku cuman bisa melongo, kaget+gak nyangka ternyata Karel juga ngerasain apa yang aku rasain akhir-akhir ini.
“Ly?”
“gue nerima lo apa adanya, gue gak mau kalo gue cuman berbagi sakit+tangis doang sama lo, gue mau gue berbagi semuanya sama lo”

Senyum mengembang tampak terlihat di wajahnya yang indah.
“thanks ya Ly” ucapnya sambil merangkul erat tubuhku.
***

Setiap pulang sekolah, tim kita pasti main bola dulu, seperti hari ini.
“denger-denger pas kemaren latihan ada pasangan baru nih” ucap Edo menindir sambil melihat kearahku.
“iyaa nih, pantesan tiap jam makin lengket aja” sambung Febby bergantian melihat Karel.
“lo pada kenapa sih? Nyindir nih ceritanya?” ucapku manyun.
“nah lo sih, punya pacar baru gak bilang-bilang”
“please deh yang bikin rencana kemaren tuh kan lo lo pada” serbu karel tidak mau kalah.
“noh, dengerin tuh makanya jangan belaga gak tahu”
“hahahah.. congrats ya Ly Rel, moga langgeng sampe maut misahin kaliann” ucap Edo
“Amiiinnnn” aku, Karel dan semua orang disana mengamini ucapan Edo.
“udeh ya ibu-ibu kalo ngerumpi mulu kapan maennya?” ucap Joy yang sepertinya sudah tidak sabar ingin segera bermain.
Untuk memanasi suasana, aku dan karel dipisahkan menjadi musuh, kami memang berpacaran namun jika kami ditempatkan pada sebuah pertandingan maka kami adalah musuh. Setengah jam berlalu permainan selesai setelah karel mencetak gol keduanya dan juga gol kemenangannya.
“gilaaaaaaa, lo pacaran atau musuhan sih? Gue kaget tau kalian maen kaya orang kesurupan yang gak kenal namanya pacar” ucap Shaka melongo.
“itulah kehebatan kita” ucapku dan berbalik. Tapi karena kakiku salah melangkahalhasil kakiku terkilir.
“Ly, kamu gpp?” ucap Karel langsung mendekatiku dengan wajahnya yang superr khawatir.
“heheheh, gpp kok” aku mencoba berdiri tapi kakiku terasa sangat sakit.
“gpp gimana, orang lo gak bisa jalan gitu”dia langsung berjongkok dan menepuk-nepuk punggungnya, wajahnya berekspresi agar aku segera naik.
“Rel?”
“buruaann deh”
Aku tidak punya milihan lain, selain mengiyakan tawarannya.
“cieeeee, cuiitt cuiitt so sweeettttt deh” ucap semuanya

Tapi tanpa menghiraukannya kami langsung pergi pulang.
“Rel? berat ya?” tanyaku yang ku lihat dia juga membawa barang-barangku
“enggak kok” jawabnya singkat
“nanti kamu sakit punggung lagi, mana bawa barang aku banyak lagi, udah aku gpp kok, turunin aku aja ya Rel”
“aku gpp, aku lebih khawatir sama kaki kamu, aku gak mungkin ngekhawatirin punggung aku yang gk kenapa-napa. Udah, kamu meningan nurut aja” jawabnya.
Akupun mendekap punggungnya, hangattt sekali ada ketenangan dan rasa aman saat aku di dekatnya. BTW kalo aku dan Karel tidak menggunakan bahasa Elo-Gue berarti tuh lagi keadaan serius.

Tiba-tiba mataku menangkap sebuah bunga lily putih yang terpajang di toko bunga yang sering kami lewati bersama.
“Ly?” tiba-tiba tanya karel menyadarkanku.
“eh iya apa?”
“kamu gak denger aku ngmong apa?”
“eh?”
“dasar, kamu mikirin apa sih Ly?”
“eeh enggak enggak”
“kepengen bunga ya?”
Tiba-tiba Karel mengendongku ke toko bunga itu.
“Rel, mau kemana? Kan mau pulang”

Tapi karel tidak mendengarku, dia terus saja membawaku ke toko bunga itu, dan menurunkanku tepat disana.
“selamat siang” ucap karel
“Wah, pasangan ke 7 yang datang ke toko hari ini” Sapa penjaga toko
Kami berdua hanya tersenyum malu mendengar ucapannya.
“butuh bunga apa mas, mba? Mawar merah? Putih? Angger? Lily? Atau yang lain? Segara macam bunga ada disini”

Mataku terus saja memandang pada bunga lily putih itu.
“sepertinya mbak tahu sendiri apa yang pacar saya mau” ucap karel yang sedari tadi memerhatikan arah mataku. Bunga Lily.
“mbak mau bunga lily itu?” tiba-tiba dia menanyaiku
“eehh”
“tunggu sebentar ya” jawabnya dan pergi mengambil bunga itu.
“Ly, nama lo tuh Bunga Lilya, terus lo suka sama bunga lily, hidup lo kayanya udah di format dengan bunga lily deh, soalnya gue juga salahsatu penggemar bunga lily, dan gue juga harus suka sama cewek yang namanya bunga lilya, kayanya kita emng jodoh deh Ly” ucap karel panjang lebar
“iya kali” jawabku singkat namun tertawa
“ini mbak, 1 buket bunga lily”
“waaahh cantiknya” mataku tak bisa berhenti melihat kea rah bunga itu.
“sama kaya kamu” ucap Karel nyengir.
“kamu yang bayar kan Rel? hehehehe”
“siapp nyonya”

Kemudian Karel pun pergi membayarnya.
“thanks ya Rel” ucapku seraya pergi dari tempat itu.
“apa sih yang enggak buat kamu, ehh kaki kamu masih sakit kan? Naik lagii”
“enggak enggak, udah ada obatnya kok”
Karelpun hanya menuntunku. Aku terus memandangi bunga itu, bunga yang sangat cantik untuku, apalagi di berikan oleh orang tercinta. Karel.
***

Hari ini Karel tidak bisa mengantarku beli kado buat Fani karena ada acara keluarga katanya, akhirnya akupun harus pergi sendiri dengan motor yang sudah hampir 4 bulan tidak aku gunakan, semenjak ada karel kemana-mana aku selalu diantarnya.
Setelah sampai di toko serba pink, aku memilah milah mana yang cocok dengan karakter fani yang cewek banget+penggila pink selalu, akhirnya mataku tertuju pada boneka babi berrwarna pink, yang ku kira fani akan menyukainya.
Setelah membawar dan kadonya di bungkus aku segera pulang, rasanya ingin segera nelepon karel. Pengen nanyain kabarnya.
Tapi… saat di perjalanan sbuah mobil dari arah yang berlawanan menabraku.

Brruuuuukkkkkk….
Terdengar keras, dan saat itu entahlah.
Entah berapa lama aku tak membuka mataku, namun tanganku hangat ada seseorang yang memegangnya, ya dia Karel.

Melihatnya saja ada disisiku aku merasa aman dan tenang.
“Ly?” ucapnya dan dia mengerjap-ngerjapkan mata setelah dia tertidur di sampingku.

Dia tersenyum lebar namun kilauan air matanya tak bisa dia sembunyikan. Meski beberapa kali aku mengahpus air matanya dia tetap saja menangis. Dan..
“Rel, kok kaki aku gak bisa di gerakin?” tanyaku bingung.
Dia hanya diam dalam tangisnya. Aku membuka selimut yang daritadi menutupi sebagian badanku. Mataku tak bisa menahan air matanya, sebelah kakiku tidak ada. Air mataku tidak bisa di hentikan sebuah sentakan keras memasuki dadaku. Rasanya ingin aku berontak dan menangis sekaras mungkin, tapi karel memeluku, saat di pelukannya aku merasa tenang.
***

Hampir 1 miinggu dia terus saja menungguiku dari pulang sekolah sampai larut malam. Mungkin jika bukan aku atau mamah yang menyuruhnya istirahat dia tidak akan istirahat atau pualng ke rumah.
***

Aku kembali ke kehidupan normalku, sekolah dan mengerjakan aktifitas lainnya meski itu tidak termasuk Futsal.
“Ly, gue ikut sedih lo gak bsia ikutan latihan lagi sama kita-kita” ucap Shaka dengan mata berkacar-kaca
“gue malah lebih sedih lo gak bisa jadi sayap kanan tim gue lagi” ucap Edo sang kapten.
“duh kalian tuh lebay banget sih, yang pentingkan gue masih idup” ucapku mencoba mencairkan suasana.

Sekarang aku hanya melihat mereka dari pinggir lapang aja, sesekali Karel melihatku dan melambaikan tangannya, jika dia tersenyum manis sekali.
“gue udahan ya, musuh guenya lagi di pinggir jadi gue harus nemenin” ucap karel sambil berlari ke arahku.
Semuanya mengiyakan.

Saat di hadapanku dia tersenyum dan mengelus rambutku lembut.
“kamu gpp kan?” ucapnya dan duduk di sebelahku.
“gpp kok, kenapa udahan?” tanyaku
“pengen nemenin kamu” jawabnya singkat dan tanpa fikir panjang
“bentar lagi Tanding lo”
“biarin lawannya gak ada yang sejago kamu jadi aku pasti bakalan menang” ucapnya dan memencet hidungku
“ehem, baru denger seorang Karel menghilangkan kata Elo-Gue” ucap Fani yang langsung nyambar di belakangku.
“sirik aja lo” ucapku
“ya bukannya gue sirik, cuman gue baru denger aja si karel gak pake gue-elo”
“kan yang di hadepin gue cewek baik-baik jadi gue juga nmongnya baik-baik. lembuuutt”
“lah jadi gue bukan cewek baik-baik dong, kurang ngajar lo”

Karel hanya nyengir.
“eeh, lo mau ketemu Edo ya?” tanyaku menyela
“iya nih, katanya mau nganterin gue ke butik”
“belanja mulu sih lo”
“bukan belanja, tapi gue mau beli baju buat nanti acara kawinan om gue”
“ya sama aja itu juga belanja kali Fan” sela Karel.

Setelah lama berbincang-bincang sambil menunggu latihan selesai. Akhirnya Edo mengakhiri latihan.
“sory ya Fan. Lama nunggu ya?” ucap Edo langsung menghampiri Fani
“enggak kok, ka nada Lya sama Karel”
“ya udah yuk, duluan yaa”
Merekapun beranjak.
“ya udah Rel, kita juga pulang yuk?”

Karel mengangguk, dan dia mengantarku pulang dengan mobil silver kesayangannya itu.
“coba aja dulu aku bisa nganterin kamu, pasti sekarang kamu gpp” ucap Karel tiba-tiba
“ini bukan salah kamu Rel, cuman aku aja yang gak hati-hati”
Tiba-tiba sebelah tangan Karel memegang tanganku. Setelah 20 menit berlalu. Kami sampai di rumahku, tapi tak seperti biasa mobil merah memarkir di rumahku.
“ada siapa ya Ly?”

Aku hanya menggeleng karena akupun tidak tahu parti.
“eehh Lya udah pulang, makasih ya nak Karel sudah mengantar lya pulang” sapa mamah kepada Karel
“iya tante sama-sama”
Tiba-tiba Aryo, teman masa kecilku keluar dari rumah.
“hay Ya, udah lama ya gak ketemu kangen nih” sapa Aryo.
“hay juga, iya aku juga” balasku yang tidak sedikitpun aku rindukan.

Dan tiba-tiba papah juga keluar, ada apa? Rasanya ada yang tidak beres
“sekarang yang ngater kamu kemana-mana Aryo, dia pindah ke Jakarta dia mau nerusin sekolah disini, papahnya dipindahin lagi ke Jakarta,kalian bisa berangkat sekolah bareng, dia juga bisa ngejaga kamu di sekolah”
“pah, akukan udah punya Karel ngapain sih harus ada orang lain yang ngejagain aku”
“kan gak enak kalo ngerepotin orang lain terus sayang” ucap mamah lebih lembut
“Karel kan pacar aku mah, dia bukan orang lain. Dia bisa kok ngelindungin aku”

Karel hanya diam, saat dirinya menjadi pembicaraan panas antara aku dan orang tuaku.
“kalau dia bisa ngejaga kamu, mana pungkin sebelah kaki kamu harus di amputasi?” serbu papah tidak mau kalah
“mah, pah, setiap orang punya kehidupan masing-masing gak selamanya Karel ada di sisi aku”
“oleh sebab itu, sekarang ada Aryo yang selalu setia disisi kamu, stop jangan bicara lagi” ucap papah dan meninggalkan kami semua.
Jujur aku merasa tidak enak dengan Karel.
“eem, kalau gitu aku pulang dulu ya Ly, met ketemu di sekolah” jawab Karel tersenyum, tapi aku tahu hatinya enggak senyum, senyumnya pahit, bukan senyum karel yang meneduhkan.
“tunggu Rel, besok kan kamu jemput aku ke sekolah”
“kan udah ada aryo” ucapnya seraya mengelus ramputku dan pergi.
Aryo pun membawaku pergi ke dalam.
***

Semenjak kedatangan Aryo (lagi) di kehidupanku, di kelasku, dan di rumahku, aku merasakan benteng besar yang membentan menghalangiku dengan Karel, kami semakin hari semakin jauh, kami hanya bisa tersenyum dari kejauhan, tanpa mampu mendekati satu sama lain. Miris. Aku merasakan kesepian walau Aryo setiap hari ada disisiku, aku merasa takut walau Aryo selalu ada untuk menjagaku, dia berbeda dengan karel. Aku hanya merasa tenang saat bersama Karel.

Saat istirahat Karel menghampiriku untuk pertama kalinya semenjak kehadiran Aryo.
“Ly, besok pertandingan futsal tim kita, jadi anak-anak pada ngarepin lo dateng” ucapnya terasa canggung dan berbeda
“gue pasti dateng kok” ucapku sambil tersenyum.
Kemudian dia pun pergi tanpa mengucapkan sepatah kata apapun lagi. Jujur suasana seperti ini gak pernah aku rasaian sebelumnya sama karel. Walau kami berhadapan tapi rasanya aku ada disini dan dia ada di kutub utara.
***

Esoknya Aryo harus ke Bandung buat ngambil surat-surat lain yang tertinggal, dan itu menjadi alasan untuk papah tidak mengzinkan aku pergi ke pertandingan, dan mengurungku sendiri di kamar.
Aku merasa sendiri dan sepi, untuk kedua kalianya aku merasa miris melihat kondisiku setelah dulu aku melihat pertama kali kondisiku. Saat aku dekat dengan karel sedikitpun aku tidak ingat jika aku memang tidak normal lagi.
Saat merenungi kesendirianku, mataku menangkap buku coklat tua di mejaku, aku tahu betul itu buku harian dari karel, perlahan-lahan aku membaca isinya. Mataku tak bisa berhenti menangis jika menagingat betapa indahnya saat dulu aku bersama karel, tiba-tiba tanganku ingin sekali menuliskan sesuatu.
Ya Allah, aku kangen Karel batinku sambil mendekap buku harian itu dan sebuah kertas tetang isi hatiku saat ini. Setelah memuaskan air mataku mengalir, mataku kembali menangkap benda kenanganku bersama Karel. Bunga Lily itu, bunga yang kini sudah layu dan tersimpan di atas lemariku yang berdebu. Aku mencoba berdiri dan ingin sekali meraih bunga itu, tapi tanganku tidak sampai aku semakin berusaha berdiri tapi aku tidak bisa dan aku terjatuh, kepalaku membentur cermin yang menempel di lemari.
***

Epilog
Saat Karel akan menedang tendangan Finalti, Fani memberi kode kepadanya ada seuatu yang terjadi dengan Lya.
Terlihat dari wajah Karel yang kebingungan antara melanjutkan atau mengahmpiri fani, tapi hatinya terus saja meminta untuk segera mengahmpiri Fani.
“Do, gue serahin sama lo” ucapnya dan langsung berlari mengahmpiri fani.
“lo kenapa Fan? Pake nangis segala?”
“Lya Rel” ucap Fani sambil menangis,
“Lily kenapa?”
“lo langsung ke rumah sakit aja, gue gak tega bilang sama lo” ucap fani masih dalam tangisannya
Karel langsung melesat tanpa memikirkan pertandingan yang tinggal beberapa saat itu, dia tidak peduli jika dirinya akan di keluarkan dari tim kerena pilihan gilanya meninggalkan pertandingan.

Badan Karel membeku saat sampai di gerbang rumah sakit, perlahan lahan dia memasuki lorong rumah sakit yang ramai, namun terasa sepi baginya, di temui kedua orang tua lily yang menangis histeris. Tubuh karel membeku, pertanyaan pertanyaan gila mulai mengahampirinya. Karel tidak tega jika harus menanyakan pada kedua orang tuanya, akhirnya Karel menanyakannya kepada Aryo yang daritadi hanya mematung diam tak berkutik, dengan bayang bayang di fikirannya.
“Lily mana Yo?” tanya Karel pelan
“Lya udah ada di Surga sama malaikat Rel” jawab Aryo dengan ekspresi yang tak bisa di gambarkan.

Rasanya kuping Karel seperti meledak mendengar kabar itu. bunganya pergi, bunga yang dia temui kemarin dan berjanji akan datang di pertandingannya, kini sudah tidak ada lagi di dunia ini, rasanya ini tidak nyata untuk karel, rasanya ini bohong.
“gue nemuin bunga Lily yang udah nyampur sama darah ini di tangannya, sama buku harian+kertas yang kayanya baru dia tulis tadi, ini buat lo Rel” ucap aryo sambil menyerahkan barang barang di tangannya.
Dengan hati yang teririrs sakit Karel membawanya. Dia membuka perlahan-lahan buku harian itu, dan dia tahu betul kejadian-kejadian dalam buku harian itu. karea dia dan Lily adalah tokoh utamanya. Kemudian Karel membuka selembar kertas yang tercampur darah Lily.
Dear Karel sayang..
Bagaimana aku menjelskan isi hatiku saat ini, aku tahu kedatangan Aryo membuat jarak antara kita terasa ada tembok kokoh yang menghalangi. Jujur aku merasa sepi saat aku jauh walau Aryo setiap saat menemaniku, aku selelu merasa takut walau Aryo selalu menjagaku setiap saat. Dan sekarang aku baru mengerti mengapa itu semua terjadi, karena yang ada disisi aku bukan Kamu Karel, tapi orang lain. Aku sangat merindukan Karel ku tersayang, sangaatt sangaaattt merindukan, dan maaf aku gak bisa dateng ke pertandingan kamu, aku yakin kamu bakalan bisa menang kok, jangan kecewain aku ya Rel.
Oh ya Rel, kenapa ya aku merasa jika ini akan menjadi surat terakhirku, perasaan aneh yang tidak pernah ku rasakan. Tapi jika ini memang pesan terakhirku makasih buat setengah taun bareng kamu. Dan jadikan aku sebagai bunga lily terakhir yang kamu suka, soalnya di dunia ini bunga lily kaya aku gak di jual di toko.. hehe aku pengen deh balik lagi ke toko itu.. di beliin bunga lagi sama kamu terus di gendong kamu lagi..
Makasih ya Karel sayang.. See You..
With Love
Bunga Lilya

Hati Karel bergetar betapa sakitnya dia membaca surat terakhir yang di tuulis Lily untuknya.
“sorry ya rel, gue udah jadi tembok buat kalian berdua” ucap aryo merasa bersalah.
Tapi karel tidak bisa mencerna dengan baik kata-kata Aryo, di fikirannya hanya ada Lily dan lily.
“kenapa Lily bisa gini Yo?”
“kepalanya ngebentur cermin, kepalanya pendarahan hebat dan tidak sempat di tolong”
***

Setelah semua orang pergi, disana hanya ada Karel dan nisan Lily.
“kita kalah Ly di pertandingan, sorry aku udah kecewain kamu” ucap Karel seraya menyimpan karangan bunga Lily di atas kuburnya, sebagai tanda bunga terakhir untuk kekasihnya tercinta, bunga yang dia beli dari toko itu, dengan segala perasaan yang tercurah dalam bunga itu
“semoga bunga lily dari hati aku bisa jadi obat buat kesendirian kanu disana” ucap karel seraya meninggalakan Nisan Lily.

*bahkan aku pergi saja kita tidak pernah mengucapkan kata perpisahan, karena aku yakin kita akan bertemu di kehidupan yang abadi.

-TAMAT-


PROFIL PENULIS
NAMA : asli4d.com
FACEBOOK :amelia jocelyn

lihat berita lengkap selanjut nya 
klik link di bawah ini:
email yahoo / ym : asli4d@yahoo.com
gmail : asli4d@gmail.com
twitter : asli4d_official
skype : asli4d
pin bbm : 2B915CD1

Tidak ada komentar: