Cari Blog Ini

Sabtu, 15 Agustus 2015

Demi Senyum Ibuku - Cerpen Sedih

Karya asli4d.com

Hari ini aku baru saja memutuskan hubunganku dengan Dimas, seorang pengusaha muda. Dari awal hubungan dengannya, aku sudah merasa tidak nyaman. Dimas adalah temanku lima tahun yang lalu. Kita pernah satu kelas sewaktu SMA. Dia anak salah seorang pengusaha di Jakarta. Kita sangat akrab, bahkan dia sering sekali main ke rumahku. Dimas memang baik, dia pandai sekali menarik perhatian ibuku. Aku baru tahu bahwa dimas menyimpan perasaan yang dalam kepadaku sejak SMA, tapi entah mengapa aku sama sekali tak memiliki perasaan apapun terhadapnya.

Sampai suatu hari kita di petemukan kembali, dan Dimas semakin sering main ke rumahku. Bagiku tak masalah, aku anggap itu hanya kunjungan biasa setelah bertahun-tahun tak bertemu. Tiba-tiba saja Dimas memintaku untuk jadi kekasihnya. Aku tak pernah memberikan reaksi apapun. Aku pikir aku tak mencintainya, dan sudah pasti aku tak bisa menerimanya sebagai kekasihku. Tetapi ibu sangat menginginkan aku menjalin hubungan serius dengan Dimas. Alasannya, karena Dimas sudah mapan dan tentunya mampu membahagiakan aku dan menjamin masa depanku kelak. Secara perlahan aku jelaskan pada ibu, bahwa aku tak mencintainya. Tetapi ibu sedikit memaksa, dan menyuruhku untuk mencoba. Ibu selalu bilang, bahwa cinta akan datang dengan sendirinya. Aku tak ingin mengecewakan ibuku, akhirnya aku bersedia menjadi kekasih Dimas.

Demi Senyum Ibuku
Mungkin ada benarnya apa yang dikatakan pepatah, enak di jadikan teman belum tentu enak di jadikan pacar. Itulah yang aku rasakan setelah beberapa bulan menjalani hubungan dengan Dimas. Semakin hari, Dimas semakin menunjukan sifat aslinya. Dia selalu mengaturku, melarangku pergi bersama teman-temanku, menjemput dan mengantarku kerja. Jika satu kali saja sms atau telepon nya ada yang tak ku balas dan aku angkat, dia selalu marah tak jelas kepadaku. Atau jika aku ngobrol dengan teman lelakiku dia selalu menuduhku selingkuh dengan temanku itu.

Aku capek mengahadapi sikapnya, sampai suatu saat aku mengancamnya putus jika dia terus seperti itu. Akhirnya dia meminta maaf dan berjanji tak akan mengulanginya lagi. Tapi selang beberapa minggu sikapnya kembali seperti semula. Dia terlalu possesif, dan itu yang tidak aku suka darinya. Belum lagi kerjaan yang selalu rumit, bukannya membantu dia malah selalu menambah beban di pikiranku.

Tadinya aku tak ingin menceritakan ini pada ibuku, aku pikir aku akan mampu menghandle masalah ini. Tapi ternyata aku tak tahan lagi menghadapi sikap Dimas. Sampai akhirnya aku menceritakan semua pada ibuku, bukannya prihatin dengan kondisiku yang sedikit tertekan, ibu malah tersenyum. “mungkin karena terlalu cinta dan takut kehilangan kamu, makannya dia seperti itu” jelas ibu,santai. “tapi bu__” belum sempat aku meneruskan ucapanku, ibu memotongnya. “sudahlah nak, ibu tau kamu hanya mengada-ada. Ibu lebih tau dimas itu seperti apa, dia anak baik dan sopan. Dia sangat menghormati ibu dan dia sangat menyayangimu. Mana mungkin dia berani berbuat kasar dan menyakitimu.” Ucap ibu panjang lebar sambil menepuk bahuku. Dan kemudian masuk ke dalam kamarnya. Aku tertunduk sedih. Mengapa ibu lebih percaya dengan ucapan manis orang lain dibandingkan anaknya sendiri. Gumamku lirih.

Hari ini aku berangkat kerja sendiri, Dimas bilang dia akan keluar kota untuk beberapa hari. Lega rasanya, aku seperti bisa sedikit bernafas untuk beberapa hari tanpa tekanan dari nya. Kali ini aku pergi ke kantor bersama sahabatku, Karin. cukup lama juga aku tak merasakan suasana seperti ini lagi. Menyenangkan sekali. Seperti yang sering aku lakukan dulu, aku membonceng karin setiap kita berangkat kerja. Saking senangnya bergurau dan bercanda, aku hampir saja menabrak seorang lelaki. Untung rem ku injak cukup keras, hingga motor berhenti tepat di depan lelaki itu. Tanpa di duga sebelumnya, ternyata itu Sandi. Teman kerja ku dulu, yang diam-diam aku kagumi. Sejak saat itulah aku semakin dekat dengannya. Entah mengapa ada perasaan nyaman saat ku berada di dekatnya. Bukan saja karena aku pernah mengaguminya sewaktu dulu. Tapi karena dia seorang tipe humoris. Dia sering kali menghiburku. Bahkan tak segan-segan aku menceritakan kisahku kepadanya. Dia selalu memberiku nasihat yang menenangkanku. Sepulangnya Dimas dari luar kota. Aku kembali merasa hidupku seperti di dalam penjara. 

Tapi ku tahan perasaan ini, demi ibuku. Tapi diam-diam tanpa sepengetahuan dimas aku selalu bertemu sandi. Dimanapun, kapanpun, Kami selalu menyempatkan bertemu walu hanya lima menit. Aku merasa ada yang berbeda dengan perasaanku. Mungkin aku mencitai sandi, dan sandipun begitu. Aku mulai berpikir tentang perasaanku, tak mungin bisa terus ku pertahankan hubungan ku dengan dimas. Karena selain aku tak mencintainya, Dimas sama sekali tak pernah membuatku bahagia. Akhirnya ku bulatkan tekadku untuk memutuskan hubunganku dengan Dimas. Dimas awalnya tak terima, tapi ku jelaskan secara perlahan, untungnya dia sadar dengan kesalahnnya selama ini. Aku tau dia teramat sangat menyesal, tapi ku bilang aku tetap tak bisa memberi dia kesempatan lagi. Sewaktu aku menceritakan apa yang terjadi antara aku dan Dimas. Aku dan ibuku berdebat sangat hebat. Sepertinya ibu tak rela jika aku putus dengan Dimas, apalagi setelah ibu tahu aku memutuskan hubunganku dngan Dimas karena aku mencintai lelaki lain. Yang ekonomi dan status pekerjaannya jauh di bawah Dimas. Jika harus di katakan, mereka bagaikan langit dan bumi. Sandi memang orang tak punya, ia bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik. Tapi aku sama sekali tak peduli dengan status sosialnya. Yang terpenting untukku dia sangat menyayangiku dan dia bisa membahagikanku walau dengan materi seadanya. 

Aku tak masalah, tapi ibu sangat menentang hubunganku dengan Sandi. Ibu bilang Sandi tak pantas untukku, selain itu Sandi mempunyai tiga orang adik sedangkan Sandi merupakan anak pertama, sehingga segala kebutuhan keluarga dan sekolah adiknya sandi yang membiayai. Bisa di bilang Sandi merupakan tulang punggung kelurga sepeninggal ayahnya dulu. “apa kamu siap hidup susah hah ? dari sejak kamu kecil ibu membanting tulang agar hidup kamu tidak kekurangan, agar semua kebutuhanmu tercukupi. Tapi sekarang kenapa kamu ingin melukai perasaan ibu dengan melihatmu menjadi orang susah?’ bentak ibu. Aku tak kuasa menatap kedua mata ibu, yang sepertinya memerah karena amarahnya yang meledak. “tapi bu..bukannya kebahagiaan seseorang itu tak bisa di ukur dengan seberapa banyaknya materi yang ia miliki. Aku sering mlihat orang kaya yang justru hidupnya tak bahagia. Aku benar-benar tak mencintai Dimas bu. Aku mncintai Sandi. Tolong ibu ngertiin perasaan aku. Sekali ini saja. Aku mohon bu.”ujarku lirih , aku mulai terisak. Sedikit demi sedikit air mata mulai jatuh membasahi pipiku.
“cinta hah ? kamu pikir saat kamu lapar kamu bisa makan cinta, kamu pikir beras di beli dengan cinta,begitu ?” bentak ibu lagi.
“Bukan begitu bu, yang terpenting buat aku adalah kenyamanan hati. Ibu tak pernah tau apa yang aku rasakan slama ini, aku tertekan bu .
“TERTEKAN? jelas kamu tertekan karena kamu tidak pernah mncoba membuka hati untuk dimas. Kamu sudah dibutakan dengan cinta.”
“aku telah mencobanya bu, aku selalu mencoba untuk mencintai dimas tapi tetap tak bisa. Aku mohon , restui hubunganku dengan sandi. Sandi anak baik bu, aku yakin kelak dia bisa menjadi imam yang baik untuk aku.”
“terseraah apa katamu, yang jelas ibu tetap tak setuju kamu berhubungan dengan orang yang tak jelas asal usulnya, jika kamu ngotot, silahkan. Tapi jangan salahkan ibu, jika suatu saat kamu hidup susah. Dan jika kamu tetap bersi keras, jangan panggil aku ibumu lagi, aku tak sudi punya anak durhaka seperti kamu. Kamu tinggal memilih. Lelaki itu atau ibu mu.” Perasaanku seperti tersambar petir mendengar ucapan ibu. Ibu masuk kedalam kamarnya. Aku masih terpaku di tempatku, tanpa sadar, tubuhku sepertinya lemas tak bertenaga, ku jatuhkan tubuhku di lantai. Aku menangis tersedu-sedu.
“Ya Allah,tolong bantu hamba. Lepaskan hamba dari pilihan yang menyulitkan hamba. Hamba yakin, hamba tak sedang dibutakan oleh cinta yang salah. Hamba mencintai Sandi, tetapi hamba tetap tak bisa mengorbankan perasaan ibu hamba. Beri hamba petunjukmu ya Allah.” Doa itu yang selalu aku ucapkan dalam setiap shalatku.

Semenjak kejadian malam itu, hubunganku dengan ibuku tak harmonis lagi. Aku rindu saat-saat aku bercerita kepada ibu tentang pekerjaanku, tentang teman-temanku, atau kejadian kejadian lucu yang aku alami. Ibu lebih senang mengurung diri dikamar. Ibu hanya sesekali keluar kamar untuk menyediakanku makan tanpa menemaniku makan sperti dulu. Rumah ini sudah seperti neraka bagiku. Batapa tidak, ibu tak pernah menyapaku, ibu msih marah kepadaku, ibu selalu menampakan wajah sinisnya di depanku. Pernah beberapa kali aku menghampiri ibu di kamarnya, aku bercerita tentang kelakuan gila teman-temanku. Tapi ibu tak memberiku respon, ibu mengacuhkanku. Jangankan untuk tersenyum , mendengar ceritakupun sepertinya tidak. Sebegitu bencikah engkau pada anakmu ini bu..? sebegitu salahkah aku dimatamu ibu? Salahkah jika aku mencintai pilihanku?

Hampir setiap hari aku menangis di rumah. Makanan yang ibu sediakan di meja makan sedikitpun tak ku makan, bukan tak ingin menghargai, rasanya hilang selera makanku. Aku sengaja meminta lembur kepada atasanku, aku mencoba menyibukkan diriku dengan pekerjaan. Itu satu-satu nya caraku untuk melupakan segala kesedihanku . sebenarnya atasanku tak memberiku ijin, mungkin dia tak tega melihatku. Badanku kurus kering, tetapi aku tetap memaksa. Aku tetap melakukannya. Hingga pada suatu hari aku berpikir untuk menemui Sandi dan menceritakan semua.
“Sandi, maafkan aku. Bukan aku tak mencintaimu. Tapi ibu tak merestui hubungan kita. Aku sudah di jodohkan dengan pilihan ibu. Aku harap kamu mngerti, aku tak ingin jadi anak durhaka. Aku tersiksa di musuhi ibu kandungku sendiri dalam satu atap. Ku mohon, mengerti aku. Aku sangat mencintaimu, tapi sepertinya takdir tak mengijinkan kita untuk bersatu di dunia ini. Akupun tak ingin menjerumuskanmu ke dalam masalahku. Aku mohon maafkan aku San.” Tangisku meledak, aku tak kuasa menatap wajah Sandi orang yang ku cintai yang kini harus ku tinggalkan selamanya. Aku berlutut di hadapan Sandi.
“Bangun Key, kamu tak perlu seperti ini. Aku memang sakit mendengar keputusanmu, tapi akupun tak ingin membuatmu semakin tersiksa jika harus mempetahankan egoku. Yakinlah key, cinta sejati itu tak harus memiliki. Walaupun nanti kamu akan menjadi milik orang lain, ku yakin pasti cintamu hanyalah untukku . akupun tak ingin merusakmu menjadi ank yang tidak berbakti, kembalilah kepada ibumu, katakan bahwa kamu akan menuruti keinginanya. Pergilah key...jangan pikirkan aku, aku tak yakin akan bahagia tanpamu, tapi untukku kebahagiaanmu lebih pnting di atas segalanya. Dan yang aku tau kebahagiaanmu adalah melihat ibumu tersenyum . pergilah.. bahagiakan ibumu.” Sandi mengangkat tubuhku, kulihat butiran air mata jatuh dari kedua matanya. Iya berusaha menyembunyikannya dariku, walapun kurasa usahanya itu percuma. Aku tetap tau bahwa dia menangis. Aku memeluknya untuk pertama dan terakhir kali. Sepertinya berat melepaskan Sandi. Aku memeluknya dengan erat, begitupun sebaliknya. Kemudian aku secepatnya berlari menemui ibuku dirumah, aku akan menyampaikan tentang keputusanku. Seperti biasa, aku masuk dengan mengucapkan salam, tapi ibu tetap tak pernah menyahut salamku. Aku masuk ke dalam kamarnya. Ku lihat ibu sedang menyulam sebuah kain.
“Bu..” sapaku lirih seraya mendekati ibu yang masih serius menyulam. Ibu tetap tak menghiraukanku.
“Bu , maafkan aku telah menyakiti hati ibu. Aku tak pernah bermaksud seperti itu. Ibu,, dengarkan aku sekali saja. Aku sudah berpikir, dan aku sudah memutuskan untuk kembali menerima Dimas, aku sudah memutuskan hubunganku dengan Sandi. Aku tau, ibu seperti ini hanya ingin melihatku bahagia bukan, untuk itu seharusnya juga aku membuat ibu bahagia. Aku hanya meminta satu hal dari ibu, tolong jangan musuhi aku bu, aku anakmu. Aku sangat menyayangimu. Aku sangat tersiksa ketika ibu acuhkan aku. Maafkan aku bu, aku berjanji tak akan mengulang kesalahan ini lagi, tak akan berani aku mnyakiti persaan ibu lagi. Apapun akan ku lakukan agar ibu bisa tersenyum kepadaku seperti dulu” ku dengar suara isak tangis ibuku.
“benarkah apa yang telah kamu katakan nak ? ibu sangat bahagia mendengarnya. Ibu selalu yakin kamu pasti memilih ibu.” Ibu memelukku. Aku menangis sejadi-jadinya di pelukan ibu. Akhirnya aku bisa merasakan lagi dekapan hangat ibuku yang sudah lama hilang. Walau sebenarnya batinku teramat tersiksa , tapi tak ku pedulikan itu. Ku sampingkan rasa sakitku demi melihat senyum ibuku. Semoga ini menjadi keberkahan dalam hidupku. Doaku dalam hati.

Hari ini akan di langsungkan akad nikah antara aku dan Dimas. Sejak saat itu, air mataku tak prnah berhenti mengalir mengingat Sandi. Tapi tetap ku sembunyikan semua itu depan ibuku. Aku tak mau ibu kecewa dan marah lagi padaku. Detik-detik menjelang ijab kobul, aku merasa tidak enak di sekujur tubuhku. Badanku menggigil kedinginan. Sebenarnya satu bulan kebelakang, aku memang sedikit kurang sehat. Mungkin karena terlalu banyak masalah yang menghimpit otak dan menguras tenagaku, hingga ku lalaikan kesehatanku. Dadaku sangat sesak, tiba-tiba saja di atas kepalaku seperti banyak kunang-kunang. Aku menjatuhkan kepala ke atas meja di depanku,,,braakkk. Sontak semua tamu berteriak, terutama ibu sepertinya ibu mencemaskan keadaanku. Dimas menopang bahuku,,
“keyy kamu kenapa keyy?? Bangunlah nak,, apa yang terjadi padamu?? Dimas cepet telpon dokter !” terdengar samar suara ibu di telingaku. Setelah itu akau tak tahu lagi apa yang terjadi padaku, yang aku tahu aku tebaring lemah di atas ranjang dengan selang infus di hidungku, samar-samar terlihat aku sperti di kelilingi Dimas, ibu, Karin, atasanku, jugaa....Sandi. Yah Sandi ada disini, membuatku sedikit tersenyum melihat wajahnya. Perlahan-lahan aku membuka mataku. Aku lihat ibu disampingku, memegang tanganku dan tak henti-hentinya menangis sambil berkata maafkan ibu nak,,maafkan ibu. Seperti itulah, berulang ulang kali ibu mengatakan itu.
“maaf untuk apa bu, ibu jangan menangis. aku baik baik saja bu, ibu jangan cemaskan aku“ ucapku terbata-bata. Aku berusaha susah payah mnecoba mnghapus air mata ibuku yang tumpah entah seberapa banyak air mata yang ia jatuhkan untukku, aku merasa berdosa telah mmbuatnya menangis seperti ini.
“maafkan ibu sayang, ibu yang salah, ibu yang egois , ibu yang tidak pernah mendengarkan keinginanmu, ibu yang tak pernah tahu kabahagaiannmu seperti apa, ibu tak pernah tau betapa tertekannya kamu nak, maafkan ibu,, ibu menyesal..” ibu menangis lagi, membuatku tak tahan dan aku ikut menangis, rasanya dadaku semakin sesak, badanku semakin kedinginan.
“ibu tak perlu minta maaf bu, melihat ibu tersenyum pun aku sudah sangat bahagia, senyum ibu jauh lebih berharga di atas segalanya,,”aku tersenyum pada ibuku. Kemudian aku menoleh ke arah Dimas dan Sandi ,,, aku meminta keduanya untuk menjaga ibuku. Mereka setuju. Khusus untuk Sandi aku tetap mngatakan aku sangat mencintainya.. ku lihat semua orang menagis. Mungkin ini saatnya aku pergi meninggalkan semua kehidupan di dunia. Tapi aku tak menyesal, karena di akhir hayatku aku bisa mengembalikkan senyum ibukku. Aku sangat menyayangi ibuku.. aku menutup mataku,, aku membaca syahadat dengan sedikit terbata-bata. Ku hembuskan nafas terkhirku disni. Terima kasih ibu untuk segalanya..aku anakmu, yang sangat mencintaimu.

*SEKIAN*

PROFIL PENULIS
NAMA : asli4d.com
FACEBOOK :amelia jocelyn

lihat berita lengkap selanjut nya 
klik link di bawah ini:
email yahoo / ym : asli4d@yahoo.com
gmail : asli4d@gmail.com
twitter : asli4d_official
skype : asli4d
pin bbm : 2B915CD1

Tidak ada komentar: