Cari Blog Ini

Kamis, 27 Agustus 2015

Cerita Sedih - Inilah Alasanku




"Lo tuh niat pacaran ga sih sama gue? 5 hari ga ada kabar! Lo pikir gue apaan sih? Pergi se-enaknya. Emang lo kemana sih?" bentak laki-laki itu. Gadis di depannya hanya menunduk.
"JAWAB!!! Lo selingkuh yah? Selalu ngebatalin janji!!"
"Maafin aku. Aku sibuk sama tugas kuliah. Aku kan ada sks tambahan untuk pengganti saat semester 1."
"Gue kasih lo kesempatan lagi. Kalo sampai lo kaya gini lagi, jangan salahin gue kalo gue sama yang lain!"
"Jangan, Ren. Rendi jangan selingkuh." pinta gadis itu.
Laki-laki bernama Rendi itu pergi meninggalkan Mia. Mia menunduk sambil menahan tangis. Tidak mungkin dia akan menangis di kantin kampus penuh dengan mahasiswa lain. Rendi memang tipe cowok galak dan selalu minta di perhatiin tanpa memperhatikan balik. Dia tidak ingin di cuekin tapi dia sendiri cuek. Mia dan Rendi sudah pacaran selama setahun. Mereka bertemu saat di rumah sakit. Saat itu Rendi sedang di rawat karena sakit tipes dan mereka bertemu di taman rumah sakit. Mia sedang murung di taman itu karena ada saudaranya yang meninggal. Entah kebetulan atau jodoh, ternyata mereka satu kampus dengan beda jurusan. Mia jurusan sastra indonesia sedangkan Rendi broadcasting.
Mia sangat sayang dengan Rendi karena Rendi adalah cinta pertama dan pacar pertamanya. Di awal hubungan mereka Rendi sangat menyayangi Mia. Ia sangat baik dan selalu menemani Mia. Tapi setelah berbulan-bulan, sikap Rendi mulai berubah. Ia semakin cuek dan semakin kasar. Ia tak pernah ada saat Mia membutuhkannya padahal Mia selalu membantu mengerjakan tugas Rendi hingga tugasnya sendiri keteter tapi Rendi ga pernah membantu tugas Mia dengan alasan tidak mengerti. Mia sebenarnya ingin melepaskan ikatannya dengan Rendi tapi Ia terlalu sayang dan masih tetap bertahan dengan Rendi entah sampai kapan. Mungkin sampai seseorang yang Mia butuhkan ada di hidupnya.
"Kamu sibuk ga besok? Engga kan? Kalo kamu batalin ketemuan kita kaya sebulan yang lalu, aku marah sih." tanya Rendi lembut di sebrang telpon.
"Nggg....Iya ga sibuk ko. Aku balik ngampus siang. Kenapa emang?"
"Bantuin aku ngerjain tugas yah. Aku balik sore, tungguin aku di kantin yah terus nanti kita pulang bareng. Aku ngerjain di rumah kamu."
"Aku langsung ke rumah aja yah. Aku pulang sendiri aja."
"Engga boleh. Aku cepet ko ngampusnya. Ga sampe sore banget, pokonya kamu pulang bareng aku."
"Oh yaudah oke."
"Oke sampe ketemu besok. Love you..."
"Oke love you too."
Mia menghela nafas dengan berat. Melihat jadwal ngampusnya besok lalu memejamkan mata dan tertidur.
***
Mia sudah selesai kuliah. Sekarang masih jam 11. Sedangkan Rendi pulang jam 2. Berarti Mia harus menunggu Rendi selama 3 jam. Mia baru saja mengirim pesan singkat kepada Rendi bahwa ia sudah selesai kuliah. Rendi membalasnya. Tunggu di kantin! Pokonya kamu pulang bareng aku. Mia melirik jam di lengan kirinya. Menghela nafas berat lalu duduk di kantin. Tiba-tiba ia memeriksa tasnya dan kembali menghela nafas. Selama 3 jam kedepan, Mia harus menunggu Rendi di sini. Entah ini perbuatan bodoh atau romantis yang ia lakukan. Menunggu selama 3 jam.
"Udah lama kita ga pulang bareng. Mungkin Rendi rindu." ucap mia perlahan sambil tersenyum.
Sejam telah berlalu. Mia terduduk lemas di kantin. Mukanya pucat dan keringat dingin. Tiba-tiba seseorang laki-laki dengan muka ramah duduk di depannya lalu bertanya.
"Heh, kamu sakit?"
Mia tersenyum sambil menggeleng, "Engga ko."
"Tapi muka kamu pucet banget. Aku anterin ke dokter yuk."
"Gausah, makasih." jawab Mia pelan.
Laki-laki itu masih tetap memaksa Mia bangun lalu merangkul Mia. Mia hanya menurut dan masih dengan keadaan lemas seperti mau pinsan. Laki-laki itu panik dan buru-buru membawa pergi Mia.
***
Rendi berjalan santai masuk ke dalam kantin dan mencari Mia. Tapi sosoknya tak terlihat. Dia mencoba menghubungi Mia tapi handphone-nya ga aktif. Rendi sudah geram dan mengatupkan rahangnya. Lagi-lagi Mia menghilang dan membatalkan janjinya. Rendi kali ini serius akan mencari wanita lain. Mia sudah mengecewakannya lagi. Tiba-tiba seorang pedagang es memberitahu Rendi bahwa Mia tadi pergi dengan cowok lain. Rendi makin kesal dan menghapus semua kontak Mia. Dia tidak ingin menghubungi Mia lagi.
"Baru di mintain bantuin tugas aja udah gini. Kalo ga niat bilang kali." ucap Rendi lalu meninggalkan kantin.
Seminggu kemudian, Rendi sudah menggandeng cewek lain. Ia sudah bermesraan dengan wanita lain. Ia tidak memikirkan Mia. Dan ia sudah tidak pernah bertemu dengan Mia. Rendi dendam terhadap Mia karena Mia ternyata waktu itu meninggalkan dia bersama pria lain. Mata Rendi tiba-tiba menajam saat mengingat kejadian itu.
Rendi dan pacar barunya membeli minuman. Tiba-tiba seorang pria ramah juga membeli minuman di tempat yang sama dengan Rendi. Sang pedagang langsung mengingat kejadian waktu itu.
"Mas Rendi, cowo ini yang waktu itu pulang sama cewenya mas Rendi."
Rendi menatap cowok di depannya dengan tajam. Si cowok ramah hanya menatap bingung. Rendi dengan cepat mendorong tubuh cowok itu lalu memukul wajah si cowok. Dia hanya diam pasrah.
"Oh jadi lo selingkuhan Mia. Mana Mia? Takut dia sama gue? Bilangin sama dia, dia cewek jahat yang pernah gue temuin."
"Apa kabar dengan anda? Anda malah sudah bermesra-mesra-an sama wanita lain. Mia waktu itu nungguin anda. Anda cowo macem apa menyuruh wanita menunggu lama?"
"Jangan banyak bacot deh lo. Mia duluan selingkuh sama lo!!"
"Mia ga selingkuh sama saya. Dia sakit dan sekarang kritis di rumah sakit."
Rendi mematung. Tubuhnya dingin. Antara ingin percaya atau tidak dengan ucapan cowok di hadapannya. Lalu si cowok ramah menawarkan Rendi untuk mengantarnya ke rumah sakit tempat Mia di rawat.
***
Mia terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Banyak kabel yang menempel di badannya. Hidungnya di tutup dengan oksigen. Matanya memejam. Tenang, damai. Monitor di sebelah ranjang Mia menunjukan garis tak beraturan ke atas dan bawah. Rendi terpaku duduk di sebelah kiri ranjang. Ia menggenggam erat tangan Mia. Mia tidak sadar juga.
Mia sakit kanker dari setahun yang lalu. Setiap awal bulan ia selalu ke rumah sakit untuk di kemoterapi. Tahun lalu saat Rendi dan Mia bertemu, itu hari dimana Mia di vonis sakit kanker. Ia putus asa dan murung di taman rumah sakit. Tapi tiba-tiba Rendi datang dan Rendi membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Mia selalu membatalkan janjinya saat mereka janjian di awal bulan. Itu minggu dimana Mia harus di kemo dan istirahat untuk memulihkan kesehatannya. Makanya Mia selalu menghilang beberapa hari. Keluarganya merahasiakn semua ini dari orang-orang.
Saat Mia dan Rendi janjian di kantin kampus, itu hari dimana Mia harus di kemo tapi karena Rendi mengancam akan marah karena sering membatalkan janji, Mia pun akhirnya memaksakan kuliah dan tidak pergi ke rumah sakit. Obat yang biasa Mia minum juga ternyata lupa di bawa, dan akhirnya Mia lemas. Fahri, cowok ramah itu dateng tepat dimana Mia akan pinsan. Fahri langsung membawa Mia ke rumah sakit, dan dari situ juga Fahri di percayakan dokter pribadi Mia dan menceritakan semuanya.
Rendi menunduk sambil menggenggam erat tangan Mia. Fahri menepuk bahu rendi.
"Miaaaa.....Kenapa kamu ga cerita ke aku. Maafin aku, maafin aku gatau apa-apa.....Aku bukan pacar yang baik. Maafin aku....." seru Rendi parau.
***
"Kenapa lo ga cerita ke cowok lo kalo lo sakit kanker?"
"Gue takut nanti dia malah ngejauhin gue. Gue takut ngerepotin dia dan malah jadi beban dia."
"Kalo ternyata dia ga ngejauhin lo dan ngerasa ga repot?"
"Gue gamau bikin dia sedih. Lebih baik dia marah sama gue daripada dia sedih. Masa cowo sedih sih hehe."
Mia masih sempat tertawa perlahan di tempat tidur serba putih itu.
"Fahri.....Kalo gue ga sempet ketemu Rendi lagi, tolong bilangin dia, Mia sayang banget sama Rendi. Maafin Mia udah ngecewain Rendi terus dan ngebatalin janji terus. Mia sayang Rendi, Ri."
***
Rendi terbangun dengan kaget karena mimpinya. Semalam ia tertidur setelah menangis karena cerita Fahri. Ia masih menjaga Mia dan masih menunggu Mia hingga Mia sadar. Hari sudah pagi. Matahari memancarkan sinarnya dan masuk ke dalam ruangan kamar Mia. Rendi mencium kening Mia lalu membisikan sesuatu.
"Selamat Pagi, gadis kecil kesayanganku. Aku tau kamu kuat. Kamu harus sembuh yah. Aku sayang kamu." bisik Rendi.
Rendi kaget saat melihat air mata keluar dari mata Mia yang terpejam. Ia tersenyum lalu kembali berbicara.
"Kamu dengar aku? Aku ada disini. Kamu cepetan sembuh, aku kangen kamu. Nanti aku traktir es krim coklat kesukaan kamu."
"Mia, terimakasih kamu selalu ada untuk aku. Terimakasih telah bersabar untukku. Aku sangat menyayangimu. Aku sangat merindukan kamu."
Mia menggenggam tangan Rendi. Rendi hampir menangis lagi. Tapi monitor di sebelah ranjang Mia berbunyi keras, garisnya tidak beraturan dengan cepat. Dokter dan suster masuk ke dalam kamar Mia dan menangani Mia yang kejang-kejang. Rendi mundur selangkah terdiam menatap kegiatan yang sangat membuatnya panik. Fahri tiba-tiba datang dan terdiam. Monitor itu menunjukan garis lurus horizontal. Dokter dan suster menggelengkan kepalanya. Mia tidak bisa di selamatkan. Kedua orang tua Mia yang baru sja datang langsung memeluk Mia yang sudah tiada. Rendi terjatuh dan terduduk lemas di lantai.
***
Di depan nisan Mia. Rendi masih terdiam. Pelayat yang lain serta kedua orang tua Mia sudah pulang. Kini hanya Rendi sendiri. Ia rindu Mia. Mia yang selalu tersenyum manis dan tidak pernah marah. Mia yang selalu membawakan bekal Rendi. Mia yang selalu membantu tugas Rendi. Terkadang Mia menjadi objek foto Rendi. Rendi menunduk dan mengusap air matanya.
"Gue gamau bikin dia sedih. Lebih baik dia marah sama gue daripada dia sedih. Masa cowo sedih sih hehe."
Penyesalan memang selalu datang di akhir. Semua selalu ada hikmahnya. Berburuk sangka tanpa mengetahui alasan itu bukan hal baik. Wanita baik dengan penuh kesabaran dan kasih sayang akan menemukan cinta abadinya di surga.

PROFIL PENULIS
NAMA : asli4d.com
FACEBOOK :amelia jocelyn

lihat berita lengkap selanjut nya 
klik link di bawah ini:
email yahoo / ym : asli4d@yahoo.com
gmail : asli4d@gmail.com
twitter : asli4d_official
skype : asli4d
pin bbm : 2B915CD1

Tidak ada komentar: