Tuhan, Mengapa?
Cerpen Karangan: asli4d.com
Lolos moderasi pada: 8 August 2015
Tangis ini dimulai di pagi hari yang indah. Saat pacarku Zarry dikabarkan terlibat kecelakaan mobil. Kini mobil yang ia kendarai hancur tak berbentuk, bahkan kini ia kritis. Karena ini aku bolos sekolah, demi menunggu Zarry menjalani operasinya.
8 jam berlalu, dan tim dokter menyatakan untuk menunda operasi ini. Zarry pun keluar dari ruang operasi dan menjalani perawatan. Zarry belum juga sadarkan diri. Aku menjaga Zarry di kamarnya. Tangis ini tak terhenti, hingga aku terhempas tidur di sisinya. Tuhan, tolong selamatkan dia.
Keesokan harinya Zarry menjalani operasi lanjutan. Karena jantungnya semakin melemah. Dengan doa, aku menyemangati Zarry dari luar. Tuhan, Sungguh aku sayang dia.
Tak hentinya aku berdoa, memohon agar Zarry dapat sadarkan diri. 11 jam sudah aku menunggu, dan tim dokter mengucapkan permintaan maaf padaku dan keluarganya. Mereka bilang telah berusaha semampunya. Tangis ini makin kencang, menyadari bahwa Zarry telah tiada. Ibunda Zarry menangis histeris saat anaknya ditutup kain kafan. Tuhan, mengapa kau ambil dia?
Esok hari pemakaman Zarry. Aku ditemani sahabatku, Cheryl. Membacakan Zarry doa sebagai umat muslim. Seluruh siswa sekolah beserta alumni hadir di rumah duka. Mereka menyampaikan bela sungkawa sebesar besarnya. Dikenal zarry itu orang yang sangat periang, juga baik terhadap sesama.
Sekitar pukul 10 pagi, jenazah Zarry diantar ke pemakaman oleh ambulance. Banyak orang yang mengantar, Guru, Kepala sekolah, Sahabat dan teman yang lainnya. Tuhan, Semoga Zarry tenang di sisimu.
3 hari setelah kepergian Zarry, aku kembali sekolah seperti biasa. Namun sepertinya masih sulit untuk merelakan. Kesedihan ini terlampau dalam. Sehingga, bayangan Zarry selalu menyertai pikiranku.
Aku vinny, seorang siswi XII SMA ternama di ibu kota. Tak lama lagi, akan ada pergantian semester. Tentunya dengan test akhir sekolah. Melewati pekan ulangan, aku tetap tak bisa melupakan. Sampai akhirnya aku mendapat nilai grade B, karena waktu konsentrasi belajarku terganggu.
Liburan semester pun tiba. Sebelumnya aku merencanakan untuk pergi ke Bali bersama Zarry dan sahabatku yang lainnya. Tapi rencana itu sirna. Lantas aku menjalani liburan ini dengan berdiam diri di kamar. Sampai pada suatu hari Cheryl sahabatku, mengajakku untuk jalan-jalan ke Bandung. Aku hanya mengiyakan. Usaha Cheryl untuk menghiburku sangat aku hargai, tapi aku seakan tak mau melepas kenangan ini. Tuhan, aku rindukan dia.
Akhirnya aku berada di Bandung, bersama Cheryl tinggal di villa milik keluarganya. Dia mengajakku ke perkebunan teh. Menyapa para pemetik teh, sedihku sedikit terobati. Melihat pemandangan di sini, sungguh melegakan. Tapi sayang, pada akhirnya aku kembali teringat pada Zarry. Tuhan, bantu aku lupakan dia.
Sore pun tiba, kami memutuskan untuk turun dari kebun teh. Di perjalanan, ada sebuah mobil melaju kencang dan melibas genangan air sampai kami tersiram. Dan mobil itu pun berhenti, pengemudinya turun.
“Maaf ya, gue gak sengaja” katanya.
“yaudah, gak apa-apa” kataku sambil lanjut berjalan.
“eh tunggu. Biar gue antar” katanya.
Baik ternyata, kataku dalam hati. Kami pun mengiyakan. Di perjalanan dia mengenalkan diri, namanya Ezra. Dia juga turis dari Jakarta rupanya, sama seperti kami, dia mengisi liburan di sini dengan temannya. Dia orang yang sangat baik menurutku. Ucapannya lembut, sapaannya halus. Perkenalan pertama yang baik. Dan akhirnya kami sampai, di villa kami. Dia berpamitan untuk melanjutkan perjalanan.
Keesokan harinya sudah nampak mobil lelaki yang kemarin di depan villa kami. Dia sepertinya menunggu kami di depan mobilnya. Aku menghampirinya.
“Ezra ya?” kataku
“Pagi, iya gue yang kemarin” sapanya.
“ada apa ya?” tanyaku.
“Gini, gue mau menebus kesalahan gue kemarin. Barang kali kalian mau ikut sama kita?” ajaknya. Akhirnya kami mengiyakan. Dan kami pun ikut bersama Ezra dan temannya Yofi.
Sudah hampir 5 hari aku di Bandung, dan selalu melewati hari bersama Ezra. Perlahan, aku mulai bisa melupakan Zarry. Tuhan, mungkinkan dia penggantinya?
Sudah aku pernah becerita tentang Zarry pada Ezra. Dia menuturkan rasa duka. Selama bersama Ezra, dia selalu berhasil membuatku tersenyum. Senyum ini menggantikan tangis yang lalu. Tangis kenangan bersama kekasihku. Kekasih yang takkan pernah kulupakan.
Sudah saatnya mengenal Ezra labih jauh, dilihat dari sifatnya dia pasti sangat baik dan tulus. Beberapa langkah menyukai dia. Dengan berpikir realistis, aku membutuhkan pengganti Zarry. Mungkinkah Ezra orangnya? Aku menunggu jawaban.
Akhirnya, waktu liburan pun habis. Dan kami harus pulang ke ibu kota. Menjalankan aktiFitas rutin kembali. Ternyata, Ezra sekolah tak jauh dari sekolahku. Setiap harinya sepulang sekolah, Ezra datang menjemputku. Mengantarku pulang. Terkadang dia menungguku latihan ekstra kulikuler cheers di sekolah. Sunggu pria yang baik pikirku. Tuhan, aku suka dia.
Lama sudah aku mengenal Ezra. Sampai suatu hari Ezra mengajakku makan malam berdua. Dia menjemputku. Dan sampailah kami di restoran tujuan. Kami pun mencari tempat duduk, dan kami pesan makanan. Seusai makan, dia berkata.
“Vin, kamu mau gak jadi pacar aku” terbongkarlah tujuan dia ternyata ingin menyatakan perasaanya.
Aku menjawab “Mau” dan ia mencium tanganku. Sungguh lelaki yang lembut. Tuhan, terima kasih.
Kini aku mengenang Zarry dengan cara berbeda. Malam ini aku bercerita sambil berharap dia mendengarnya.
“Zar, hari ini aku dapat pengganti kamu. Hari ini aku udah gak nangis lagi loh. Zar, doain kita langgeng yah” kataku sambil menatap bintang.
Keindahan yang dulu hilang kini kembali bersama Ezra. Dia membawa hariku selalu menjadi berbunga. Tiap pagi dia menyapaku, memberikanku semangat. Tuhan, kumohon jaga hubungan ini.
Hubungan ini indah dalam hati. Sampai suatu malam, Ezra dikabarkan terlibat kecelakaan mobil. Tangis ini terulang, kumohon jangan sampai terulang rasa kehilangan ini. Aku datang ke rumah sakit di mana Ezra dilarikan. Tim dokter akan melakukan operasi karena pendarahan di kepala. Tuhan, Kumohon jangan sampai terulang.
Akhirnya Ezra keluar dari ruang operasi, tim dokter menyatakan akan ada operasi lanjutan. Ezra pun menginap di rumah sakit. Tentunya akupun harus menunggunya.
Keesokan harinya, Ezra sadar. Dia membangunkanku.
“vin, bangun” aku pun terbangun dan memeluk dia.
“Bikin shock tau nggak!!” kataku padanya.
“hehehehe’ tawanya. Tuhan, Terima kasih telah menyelamatkannya.
Tak lama Ezra batuk berdarah, dia bilang “dadaku sakit”. Lalu aku panggil dokter. Dan kemudian tim dokter melakukan operasi lanjutan karena jantungnya melemah.
9 jam aku menunggu ketidakpastian ini untuk kedua kalinya dalam hidupku. Dan akhirnya Ezra dinyatakan wafat. Tangis ini terulang, lebih sakit dari sebelumnya. Tangis ini lebih kencang, melambangkan sakit yang berlipat. Tangis ini takan terhenti. Kehilangan ini terulang. Kesedihan ini kembali. Aku terpuruk untuk kedua kalinya. Sungguh, aku bingung. Sangat aku ingin bertanya. Tuhan, Mengapa?
Cerpen Karangan: asli4d.com
“yaudah, gak apa-apa” kataku sambil lanjut berjalan.
“eh tunggu. Biar gue antar” katanya.
“Pagi, iya gue yang kemarin” sapanya.
“ada apa ya?” tanyaku.
“Gini, gue mau menebus kesalahan gue kemarin. Barang kali kalian mau ikut sama kita?” ajaknya. Akhirnya kami mengiyakan. Dan kami pun ikut bersama Ezra dan temannya Yofi.
“Vin, kamu mau gak jadi pacar aku” terbongkarlah tujuan dia ternyata ingin menyatakan perasaanya.
Aku menjawab “Mau” dan ia mencium tanganku. Sungguh lelaki yang lembut. Tuhan, terima kasih.
“Zar, hari ini aku dapat pengganti kamu. Hari ini aku udah gak nangis lagi loh. Zar, doain kita langgeng yah” kataku sambil menatap bintang.
“vin, bangun” aku pun terbangun dan memeluk dia.
“Bikin shock tau nggak!!” kataku padanya.
“hehehehe’ tawanya. Tuhan, Terima kasih telah menyelamatkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar